Makalah
Budaya Yang Berpengaruh Terhadap Gender
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
a. Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab
JINSIYYUN yang kemudian di adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi
Gender
b. Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata
nilai social, budaya dan adat istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
c. Gender adalah pera dan tanggung jawab perempuan dan
laki-laki yang ditentukan secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan
pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang
dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis (WHO, 1998).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu Pengertian budaya terhadap gender.
1.3 TUJUAN
Mengetahui pengertian dari budaya yang berpengaruh terhadap gender.
1.4 MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
BUDAYA YANG BERPENGARUH
TERHADAP GENDER
A. Pengertian Gender dan Seksualitas
1. Pengertian Gender
a. Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab
JINSIYYUN yang kemudian di adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi
Gender
b. Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata
nilai social, budaya dan adat istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
c. Gender adalah pera dan tanggung jawab perempuan dan
laki-laki yang ditentukan secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan
pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang
dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis (WHO, 1998).
2. Pengertian Seksualitas
a. Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik
biologis-anatomis (khususnya system reproduksi dan hormonal) diikuti dengan
karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan seseorang adalah laki-laki atau
perempuan (Depkes RI, 2002:2)
b. Seksualitas/Jenis
Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis yang mudah dilihat melalui cirri
fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan
perempuan(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
c. Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin
yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu 9handayani,
2002 :4)
d. Seks adalah karakteritik genetic/fisiologis atau biologis
seseorang yang menunjukkan apakah dia seorang perempuan atau laki-laki (WHO,
1998)
B. Perbedaan
Gender dan Seksualitas
No
|
Karakteristik
|
Gender
|
Seks
|
1.
|
Sumber pembeda
|
Manusia (masyarakat)
|
Tuhan
|
2.
|
Visi, Misi
|
Kebiasaan
|
Kesetaraan
|
3.
|
Unsur pembeda
|
Kebudayaan (tingkah laku)
|
Biologis (alat reproduksi)
|
4.
|
Sifat
|
Harkat, martabat dapat dipertukarkan
|
Kodrat, tertentu
tidak dapat dipertukarkan
|
5.
|
Dampak
|
Terciptanya
norma-norma/ketentuan tentang “pantas” atau “tidak pantas” laki-laki pantas
menjadi pemimpin, perempuan “pantas’ dipimpin dll. Sering
merugikan salah satu pihak, kebetulan adalah perempuan
|
Terciptanya nilai-nilai : kesempurnaan,
kenikmatan, kedamaian dll. Sehingga menguntungkan kedua belah pihak.
|
6.
|
Ke-berlaku-an
|
Dapat berubah,
musiman dan berbeda anra kelas
|
Sepanjang masa
dimana saja, tidak mengenal pembedaan kelas.
|
Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perbedaan antara Gender dan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin
|
Gender
|
Tidak dapat
berubah, contohnya alat kelamin laki-laki dan perempuan
|
Dapat berubah,
contohnya peran dalam kegiatan sehari-hari, seperti banyak perempuan menjadi
juru masak jika dirumah, tetapi jika di restoran juru masak lebih banyak
laki-laki.
|
Tidak dapat
dipertukarkan, contohnya jakun pada laki-laki dan payudara pada perempuan
|
Dapat dipertukarkan
|
Berlaku
sepanjang masa, contohnya status sebagai laki-laki atau perempuan
|
Tergantung
budaya dan kebiasaan, contohnya di jawa pada jaman penjajahan belanda kaum
perempuan tidak memperoleh hak pendidikan. Setelah Indo
merdeka perempuan mempunyai kebebasan mengikuti pendidikan
|
Berlaku dimana
saja, contohnya di rumah, dikantor dan dimanapun berada, seorang
laki-laki/perempuan tetap laki-laki dan perempuan
|
Tergantung
budaya setempat, contohnya pembatasan kesempatan di bidang pekerjaan terhadap
perempuan dikarenakan budaya setempat antara lain diutamakan untuk menjadi
perawat, guru TK, pengasuh anak
|
Merupakan kodrat
Tuhan, contohnya laki-laki mempunyai cirri-ciri utama yang berbeda dengan
cirri-ciri utama perempuan yaitu jakun.
|
Bukan merupakan
budaya setempat, contohnya pengaturan jumlah a nak dalam satu keluarga
|
Ciptaan Tuhan,
contohnya perempuan bisa haid, hamil, melahirkan dan menyusui sedang
laki-laki tidak.
|
Buatan manusia,
contohnya laki-laki dan perempuan berhak menjadi calon ketua RT, RW, dan
kepala desa bahkan presiden.
|
C. Budaya
yang Mempengaruhi Gender
1. Sebagian
besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah tentang apa arti menjadi
seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
2. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk
berpikir, berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alas an
hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria. Contohnya wanita diharapkan
untuk menyiapkan masakan, membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan
suami. Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi keluarga di masa
tua serta melindungi keluarga dari ancaman.
3. Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin
tersebut, semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti
menyiapkan makanan dan merawat anak adalah dianggap sebagai “kegiatan wanita”.
4. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain
diseluruh dunia, tergantung pada kebiasaan, hokum dan agama yang dianut oleh
masyarakat tersebut.
5. Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu
masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya, contohnya :
di dalam suatu masyarakat, wanita dari suku tertentu biasanya bekerja menjadi
pembantu rumah tangga, sedang wanita lain mempunyai pilihan yang lebih luas
tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang.
6. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang
tua ke anaknya. Sejak anak berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak
perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun kadang tanpa mereka sadari
D. Pengertian
Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender adalah adanya perbedaan,
pengecualian/pembatasan yang dibuat berdasarkan peran dan norma gender yang
dikonstruksi secara social yang mencegah seseorang untuk menikmati HAM secara
penuh.
E. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender
1. Gender dan Marginalisasi Perempuan
Bentuk manifestasi ketidakadilan gender adalah proses
marginalisasi/pemiskinan terhadap kaum perempuan. Ada beberapa mekanisme proses
marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender. Dari segi sumbernya bisa
berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi
dan kebiasaan bahkan asumsi ilmu pengetahuan, misalnya marginalisasi dibidang
pertanian, contohnya revolusi hijau yang memfokuskan pada laki-laki
mengakibatkan banyak perempuan tergeser dan menjadi miskin. Contoh lain adanya
pekerjaan khusus perempuan seperti : guru anak2, pekerja pabrik yang berakibat
pada penggajian yang rendah. Contoh lain : upah wanita lebih kecil, izin
usaha wanita harus diketahui ayah (jika masih lajang) dan suami jika udah
menikah, permohonan kredit harus seijin suami, pembatasan kesempatan dibidang
pekerjaan terhadap wanita, kemajuan tehnologi industry meminggirkan peran serta
wanita
2. Gender dan
Subordinasi Pekerjaan Perempuan
Subordinasi adalah anggapan tidak penting dalam keputusan politik. Perempuan
tersubordinasi oleh factor yang dikonstruksikan secara social. Hal ini
disebabkan karena belum terkoordinasi konsep gender dalam masyarakat yang
mengakibatkan adanya diskriminasi kerja bagi perempuan.Contoh ; wanita
sebagai konco wingking, hak kawin wanita dinomor duakan, bagian warisan wanita
lebih sedikit, wanita dinomor duakan dalam peluang bidang politik, jabatan,
karir dan pendidikan.
3. Gender dan Sterotip atas Pekerjaan Perempuan
Stereotip adalah pelabelan terhadap
suatu kelompok / jenis pekerjaan tertentu. Stereotip adalah bentuk
ketidakadilan. Secara umum stereotip merupakan pelabelan/penandaan terhadap
kelompok tertentu dan biasanya pelabelan ini selalu berakibat pada
ketidakadilan, sehingga dinamakan pelabelan negative. Hal ini disebabkan pelabelan yang sudah melekat pada
laki-laki misalnya manusia yang kuat, rasional, jantan, perkasa. Sedangkan
perempuan adalah mahkluk yang lembut, cantik dan keibuan.Contoh :
Wanita-sumur-dapur-kasur, Wanita macak-masak-manak, laki-laki tlang punggung
keluarga, kehebatan pada kemampuan seksualnya, Laki-laki mata keranjang, janda
mudah dirayu.
4. Gender dan
Kekerasan Terhadap Perempuan
Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental
psikologi seseorang. Kekerasan terhadap manusia sumbernya macam-macam namun ada
satu jenis kekerasan yang bersumber anggapan gender. Kekerasan terhadap
perempuan merupakan kekerasan yang disebabkan adanya keyakinan gender. Bentuk
kekerasan ini tidak selalu terjadi antara laki-laki terhadap perempuan akan
tetapi antara perempuan dengan perempuan atau erempuan dengan laki-laki.
Meskipun demikian perempuan menjadi lebih rentan karena posisinya yang pincang
dimata masyarakat baik secara ekonomi, social atau politik. Posisi perempuan
dianggap lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Kekerasan fisik :
perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan. Non fisik : pelecehan seksual, ancaman,
dan paksaan. Contoh ; Eksploitsi terhadap wanita, pelecehan terhadap
wanita, perkosaan, wanita jadi obyek iklan, laki-laki sebagai pencari
nafkah,suami membatasi uang belanja dan memonitor pengeluarannya, istri
menghina/mencela kemampuan seksual.
5. Gender dan Beban kerja Lebih Berat
Dengan berkembangnya wawasan kemitrasejajaran berdasarkan pendekatan gender
dalam berbagai aspek kehidupan, maka peran perempuan mengalami perkembangan
yang cukup cepat. Namun perlu dicermati bahwa perkembangan perempuan tidaklah
“mengubah” peranannya yang “lama” yaitu peranan dalam lingkup rumah tangga
(peran reproduktif). Maka dari itu perkembangan peranan perempuan ini sifatnya
menambah, dan umumnya perempuan mengerjakan peranan sekaligus untuk memenuhi
tuntutan pembangunan, untuk itulah maka beban kerja perempuan terkesan
berlebihan. Contoh : wanita bekerja diluar rumah atau dirumah, wanita
sebagai perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami pencari nafkah
kehidupan, laki-laki mencari nafkah utama sekaligus sopir keluarga.
F. Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan Gender dalam Pelayanan
Kesehatan
1. Ketidak-setaraan
Gender
Ketidak-setaraan gender merupakan
keadaan diskriminatif (sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin) dalam
memperoleh kesempatan, pembagian sumber-sumber dan hasil pembangunan serta kses
terhadap pelayanan. Contonya sebagai berikut :
a. Bias
gender dalam penelitian kesehatan
Ada indikasi bahwa penelitian kesehatan mempunyai tingkat bias gender nyata
baik dalam pemilihan topic, metode yang digunakan, atau analisa data. Gangguan
kesehatan biasa yang mengakibatkan gangguan berarti pada perempuan tidak
mendapat perhatian bila tidak mempengaruhi fungsi reproduksi.
b. Perbedaan gender dalam akses terhadap pelayanan kesehatan
Berbeda dengan Negara maju kaum perempuan dinegara berkembang pada umumnya
belum dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan. Perempuan yang
mengalami depresi karena kekerasan domestic yang dilakukan oleh pasangannya
hanya diobati dengan antidepresan tanpa diberi dalam mengatasi masalah gender
yang melatarbelaknginya.
2. Ketidak-adilan
Gender
Dalam berbagai aspek ketidak-setaraan gender tersebut sering ditemukan pula
ketidakadilan gender yaitu ketidakadilan berdasarkan norma dan standart yang
belaku. Ketidakadilan adalah ketidaksetaraan yang tidak pantas atau tidak adil.
Definisi “keadilan gender dalam kesehatan” menurut WHO mengandung 2 aspek :
a. Keadilan dalam status kesehatan yaitu tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi mungkin (fisik, psikologi dan social).
b. Keadilan dalam pelayanan kesehatan yang berarti bahwa
pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan tanpa tergntung pada kedudukan
social dan diberikan sebagai respon terhadap harapan yang pantas dari
masyarakat dengan penarikan biaya pelayanan yang sesuai dengan kemampuan.
Sebagai strategi operasional dalam mencapai kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan dianjurkan melakukan pengarus-utamaan gender (PUG).
G. Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi
Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan
kesenjangan laki-laki dan perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi
yang dicita-citakan (normatif) dengan kondisi sebagaimana adanya (obyektif).
1. Kesehatan
Ibu dan Bayi Baru Lahir (Safe Motherhood)
2. Keluarga
Berencana
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Infeksi Menular Seksual
H. Penanganan Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi
Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan
laki-laki dan perempuan. Hal ini semakin dirasakan dalam ruang lingkup
kesehatan reproduksi antara lain karena hal berikut :
1. Masalah kesehatan reproduksidapat terjadi sepanjang
siklus hidup manusia missal masalah inses yang terjadi pada masa anak-anak
dirumah, masalah pergaulan bebas , kehamilan remaja.
2. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan
reproduksi seperti kehamilan, melahirkan, aborsi tidak aman dan pemakaian alat
kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksi yang rentan secara social atau
biologis terhadap penularan IMS termasuk STD/HIV/AIDS.
3. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan
laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan , motivasi serta partisipasi
laki-laki dalam kespro dewasa ini sangat kurang.
4. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi,
khusunya berkaitan dengan IMS. HIV, dan AIDS. Karena ini dalam menyusun
strategi untuk memperbaiki kespro harus dipertimbangkan pula kebutuhan,
kepedulian dan tanggung jawab laki-laki.
5. Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga
9kekerasan domestic) atau perlakuan kasar yang pada dasarnya bersumber gender
yamg tidak setara.
6. Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan
perempuan seperti KB<>
I. Upaya
Promotif dan Preventif Menurut Leavel dan Clark
Dalam kesehatan masyarakat ada lima tingkatan pencegahan
penyakit dari leavel dan Clark yaitu :
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Perlindungan umum dan khusus terhada penyakit tertentu
(spesifik protection)
3. Menegkkan diagnose secara dini dan pengobatan yang cepat
dan tepat ( early diagnosis and promotion)
4. Pembatasan kecacatan ( disssability limitation)
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Peningkatan kesehatan dan perlindungan umum dan khusus
terhadap penyakit-penyakit tertentu adalah usaha yang dilakukan sebelum sakit
(pre pathogenesis) dan disebut pencegahan primer.
Penengakan diagnosis secara dini dan pengobatan yg cepat
dan tepat, pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan adalah usaha-usaha yang
dilakukan pada waktu sakit (pathogenesis). Penengakan diagnosis secara dini dan
pengobatan yang cepat dan tepat disebut pencegahan tersier. Agar mudah dipahami
dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Fase Prepatogenesis
§ Peningkatan kesehatan
Ø Perlindungan umum dan spesifik ---> pencegahan primer
Fase Patogenesis
§ Penengakan diagnose dini dan pengobatan yg cepat --- > pencegahan
sekunder
Ø
Pembatasan kecacatan
Pencegahan tersier
Ø Pemulihan kesehatan
Kegiatan pada masing-masing tingkat pencegahan :
1. Peningkatan Kesehatan (health promotion)
a. Perbaikan dan peningkatan gizi
b. Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan perorangan
c. Perbaikan higiene & sanitasi lingkungan seperti :
penyediaan air bersih, perbaikan dan penyediaan tempat pembuangan sampah dan
perumahan sehat
d. Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat
e. Olah raga secara teratur
f. Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk kemungkinan
perkembangan kesehatan mental & sosial
g. Nasehat & perkawinan serta pendidikan seks yang
bertanggung jawab
2. Perlindungan Umum dan Khusus Terhadap Penyakit2 Tertentu (spesifik
protection)
a. Memberi perlindungan khusus terhadap suatu penyakit
Misal : penggunaan kondom untuk mencegah HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan
& masker saat bekerja sebagai tenakes
b. Isolasi terhadap penyakit menular
c. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat
umum & di tempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan2 yg bersifat karsinogenik,
bahan racun maupun alergi
e. Pengendalian sumber2 pencemaran
3. Menegakkan Diagnosa Secara Dini dan Pengobatan yang Cepat dan Tepat ( early
diagnosis and promotion)
a. Mencari kasus sedini mungkin (case finding)
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin
c. Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu sprt
penyakit kusta, TBC
d. Meningkatakan keteraturan pengobatan terhadap penderita (case
holding)I
e. Mencari orang2 yg pernah berhubungan dgn penderita penyakit
menular (contact person)
f. Pemberian pengobatan yg tepat pada setiap permulaan
kasus.
4. Pembatasan Kecacatan (disability limitation)
a. Kurangnya kesadaran masy tentang kesehatan shg masy tidak
melanjutkan pengobatan scr tuntas shg dapat menyebabkan terjadi cacat atau
ketidakmampuan.
Misal : penganan secara tuntas pd kasus infeksi organ reproduksi untuk
mencegah terjadinya infertilitas.
b. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk
dimungkinkan pengobatan & perawatan yang lebih intensif
c. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
5. Pemulihan Kesehatan (rehabilitation)
a. Penkes perlu bukan hanya untuk orang yang cacat tapi juga
untuk masyarakat.
Misal ; Pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan
korban narkoba
b. Mengembangkan lembaga rehabilitasi dgn mengikutsertakan
masy
c. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dgn
memberikan dukungan moral tidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
d. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi social sehingga
setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
e. Penyuluhan
dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seorang setelah ia sembuh
dari suatu penyakit.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender
Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender
Gender adalah
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung
jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat
istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
Gender adalah pera dan tanggung jawab perempuan dan
laki-laki yang ditentukan secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan
pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang
dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis (WHO, 1998).
3.2 SARAN
3.2 SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001. Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan
tentang : Kesehatan Reproduksi, Depkes, Jakarta.
Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 2006.
Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: C.V.
Wacana Prima, 2009.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti
HEDS-JICA.Per kem bangan
Peserta Didik. Jakarta: Tim Pembina Mata Kuliah
Perkembangan Peserta
Didik, 2007.
Sunarto dan Hartono, B. Agung. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Http//: Kesehatan reproduksi remaja.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar